Sindrom Lembu Betina


From: rajamaca
Date: 2009/8/26
Subject: sindrom lembu betina
To: ebacaan114@gmail.com


Sindrom lembu betina

Salam.

Selamat menjalankan ibadah berpuasa dan semuga tuan empunya laman serta sahabat sahabat di rahmati.Terkesan dari membaca ayat ayat Al Quran dalam surah lembu.Saya dapat satu kesimpulan bahawa kebanyakan umat umat islam telah atau sedang mengalami sindrom lembu betina dalam menghayati suruhan atau perintah Tuhan.

2:67 Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah suruh kamu menyembelih seekor lembu betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak jadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak jadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".

2:68 Mereka menjawab: "Serulah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, lembu betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa lembu betina itu adalah lembu betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintah kepadamu".

2:69 Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa lembu betina itu adalah lembu betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."

2:70 Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat lembu betina itu, karena sesungguhnya lembu itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan dapat petunjuk (untuk memperoleh lembu itu)."

2:71 Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa lembu betina itu adalah lembu betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat lembu betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak laksanakan perintah itu.

HIKMAH dari kisah lembu betina:

Ketika Allah hanya menyuruh “menyembelih seekor lembu betina”, kenapa mereka tidak segera laksanakannya?

-Bukankah tidak berdosa jika seandainya mereka menyembelih seekor lembu betina yang cacat ?
-Bukankah tidak berdosa jika seandainya mereka menyembelih seekor lembu betina yang umurnya sudah tua ?
-Bukankah tidak berdosa jika seandainya mereka menyembelih seekor lembu betina yang berwarna hitam ?
-Bukankah tidak berdosa jika seandainya mereka menyembelih seekor lembu betina yang biasa dipakai untuk membajak sawah ?

Singkat kata, dengan perintah “menyembelih seekor lembu betina”, bukankah akan lebih mudah mencarinya dan lebih banyak variasinya tanpa melanggar batasan perintah tersebut ?
Namun ternyata mereka tidak langsung laksanakan perintah yang mudah tersebut. Mereka merasa bahwa perintah tersebut “belum jelas” dan “belum perincian” dan mereka bertanya meminta penjelasan yang lebih rinci.

Kemudian Allah beri rinciannya dengan menambahkan satu kriteria/ batasan, yaitu bahwa “lembu betina tersebut tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu”. Dengan demikian perintah Allah jadi:
•   menyembelih seekor lembu betina,
•   lembu betina tersebut yang tua dan tidak muda; pertengahan antara itu.

Apakah mereka langsung laksanakan perintah tersebut? Ternyata tidak juga. Padahal jika mereka langsung mencari lembu betina tersebut, mereka cukup bertanya perihal lembu tersebut dari sisi jenis kelamin dan umurnya.

Mereka merasa bahwa perintah tersebut masih juga “belum jelas” dan “belum rinci” dan mereka bertanya meminta penjelasan yang lebih perinci.
Kemudian Allah beri rincian yang lebih detail dengan menambahkan 2 kriteria/ batasan lagi, yaitu bahwa “lembu betina itu adalah lembu betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya”. Dengan demikian perintah Allah jadi:
•   menyembelih seekor lembu betina,
•   lembu betina tersebut yang tua dan tidak muda; pertengahan antara itu.
•   lembu betina tersebut berwarna kuning ketua-tuaan dan
•   orang-orang senang memandang lembu tersebut

Perintah di atas jadi semakin rinci dan banyak kriterianya/ batasannya sehingga jadi semakin sulit mencarinya. Mereka tidak hanya dibatasi dari sisi jenis kelamin, tetapi dibatasi juga dari sisi umur, dari sisi warna dan yang dari sisi pendapat orang ketika memandang lembu tersebut. Kalau di daerah mereka kebanyakan lembu berwarna putih, tentu mereka harus keliling daerah yang lebih luas untuk mencari lembu betina yang berwarna kuning ketua-tuaan. Begitu mereka memperoleh lembu betina yang umurnya pertengahan dan warnanya kuning ketua-tuaan, mereka harus bertanya kepeda semua orang apakah lembu betina tersebut menyenangkan mereka ketika memandangnya. Begitu kebanyakan dari mereka tidak senang ketika memandangnya maka satu kriteria/ batasan tidak terpenuhi, dan mereka harus mencari lagi.

Ternyata perintah Allah yang sudah cukup rinci/ detail yang nampak jadi semakin sulit tersebut tidak juga “cukup jelas” bagi mereka. Mereka meminta penjelasan yang lebih detail lagi.

Akhirnya Allah menambahkan 4 kriteria/ batasan lagi, yaitu bahwa lembu betina tersebut belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya”, sehingga kriteria/ batasan perihal lembu betina tersebut adalah:
•   lembu berjenis kelamin betina,
•   lembu betina tersebut yang tua dan tidak muda; pertengahan antara itu.
•   lembu betina tersebut berwarna kuning ketua-tuaan dan
•   orang-orang senang memandang lembu tersebut
•   lembu betina tsb. belum pernah dipakai untuk membajak tanah
•   lembu betina tsb. tidak pula dipakai untuk mengairi tanaman,
•   lembu betina tsb. tidak ada cacatnya
•   lembu betina tsb. tidak ada belangnya
Nah ternyata perintah dengan tingkat kesulitan seperti di ataslah yang dianggap “jelas dan rinci” oleh umat Nabi Musa. Dengan perintah yang terlalu rinci tersebut akhirnya mereka hampir tidak mampu laksanakannya.

Menganggap bahwa wahyu Allah belum jelas dan belum rinci/ detail dan inginkan di dalam hati atau secara terang-terangan agar wahyu Allah lebih detail/ rinci, sikap seperti itulah yang sering saya sebut sebagai “SINDROM SAPI BETINA”.
Apakah kita mengalaminya ?

 

Salamun alaikum,

Terima kasih sahabat. Kiriman sungguh baik untuk renungan bersama, apatah lagi dikirim pada bulan al-Qur'an diturunkan.

Selamat meneruskan puasa Ramadan.

Allah disanjung!


27 Ogos 2009

Halaman Utama   Terkini   Perpustakaan   Artikel   Bacaan   E-Mail   Hiasan   Kalimat Pilihan
Keratan Akhbar   Penemuan   Soalan Lazim   Sudut Pelajar   Senarai Penulis   English Articles

Tulis kepada Pengurus Laman